Iya,
kesalahan terbesarku adalah membiarkan pintunya terbuka. Sampai akhirnya kamu
masuk dan merusak isi yang ada. Kemudian akhirnya kamu bisa keluar tapi kamu
meninggalkan sesuatu disana. Dan bodohnya aku mengharapkan kamu balik lagi ke
dalam buat ambil sesuatu itu.”
“Sampai
akhirnya aku sadar kalau kamu sudah berlari terlalu jauh dan nggak akan pernah
balik. Lalu aku bisa apa?
Kita mungkin akan beranjak
untuk saling tidak peduli satu sama lain sama seperti saat waktu pertama kali
kita tidak mengenal ataupun malu untuk memulai pembicaraan. Setelah masa ini
berakhir, rindu mungkin tidak lagi menjadi alas an untuk sebuah momen yang
mungkin takkan bisa terulang. Bukan kemauan atau harapan, hanya keadaan yang
memaksa untuk membangun sebongkah tembok yang meninggi seiring dengan diam.
Dan,
berjanji
menjaga untuk tidak akan menyakiti siapapun sekalipun lagi-lagi keadaan ini
rasanya aneh.
Dekat
tanpa rekat.
Right,
sadarlah ! lupakan yang seharusnya memang tidak boleh terjadi. Sejak kapan
perasaan itu ada tapi enyahlah segera. Pulanglah wahai pemiliki rasa. Kamu
berada ditempat yang salah.
Jakarta, 15-03-18
"Pulanglah dengan semestinya"
Komentar
Posting Komentar