150318 | Pulanglah dengan semestinya


Iya, kesalahan terbesarku adalah membiarkan pintunya terbuka. Sampai akhirnya kamu masuk dan merusak isi yang ada. Kemudian akhirnya kamu bisa keluar tapi kamu meninggalkan sesuatu disana. Dan bodohnya aku mengharapkan kamu balik lagi ke dalam buat ambil sesuatu itu.”
“Sampai akhirnya aku sadar kalau kamu sudah berlari terlalu jauh dan nggak akan pernah balik. Lalu aku bisa apa?

Kita mungkin akan beranjak untuk saling tidak peduli satu sama lain sama seperti saat waktu pertama kali kita tidak mengenal ataupun malu untuk memulai pembicaraan. Setelah masa ini berakhir, rindu mungkin tidak lagi menjadi alas an untuk sebuah momen yang mungkin takkan bisa terulang. Bukan kemauan atau harapan, hanya keadaan yang memaksa untuk membangun sebongkah tembok yang meninggi seiring dengan diam.

Dan,
berjanji menjaga untuk tidak akan menyakiti siapapun sekalipun lagi-lagi keadaan ini rasanya aneh.
Dekat tanpa rekat.

Right, sadarlah ! lupakan yang seharusnya memang tidak boleh terjadi. Sejak kapan perasaan itu ada tapi enyahlah segera. Pulanglah wahai pemiliki rasa. Kamu berada ditempat yang salah.

Kamu tau, rasanya seperti akan gila. Mengendap-endap mencari senyum yang tak jelas gunanya untuk apa. Tapi aku merasa perlu. I mean, senyuman itu punya energy khusus untukku. Kamu boleh tidak menyukainya.



Jakarta, 15-03-18
"Pulanglah dengan semestinya"

Komentar